Inovasi Bangun Bank Permodalan, Bawa Masril Koto Menjadi Sosok Inspiratif Para Petani Sumbar
Memiliki ide kreatif adalah hal yang bisa dilakukan siapa saja. Bahkan tanpa harus memiliki catatan pendidikan formal, kita tetap bisa mengeluarkan ide kreatif tergantung seberapa besar kita mau berupaya. Jika butuh bukti, pengalaman seorang social entrepreneur Masril Koto berikut ini mungkin bisa menginspirasi kita.
Meskipun tidak pernah menamatkan pendidikan sekolah dasar, kini penggagas sistem bank petani ini justru mampu menjadi seorang profesional bahkan kerap diminta untuk jadi dosen tamu di beberapa universitas besar.
Bagaimana bisa? Berikut perjalanan inspiratif dari Masril Koto.
Awal Merantau Ke Jakarta
Sebagai putra kelahiran Agam, Sumatera Barat, merantau bukanlah hal yang aneh bagi Masril Koto. Dan hampir sama seperti kebanyakan orang, Jakarta adalah kota yang dituju sebagai harapan untuk mendapat penghidupan yang lebih baik.
Pada awalnya, karena mencari pekerjaan juga bukan hal yang mudah, Masril bekerja sebagai pegawai fotocopy dan percetakan, yang berada di kawasan kampus Trisakti. Keseharian berkutat dengan buku perkuliahan, sedikit lebih membuat Masril membaca apa isi buku-buku yang sedang ia kerjakan.
Artikel lain: Bijaksana Junerosano ~ Peduli Lingkungan Plus Semangat Entrepreneur Tinggi, Kini Sukses Berbisnis Sampah
Selain itu, tempat usaha fotocopy di mana ia bekerja juga merupakan lokasi perkumpulan mahasiswa yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Di situlah ia belajar berorganisasi, dan memperbanyak pengalaman serta pengetahuannya dari sesama pekerja ataupun mahasiswa.
Kembali Ke Kampung Halaman
Setelah empat tahun di Ibu Kota, Masril pulang ke Agam. “Saya tidak tahan melihat kekerasan yang terjadi di saat krisis,” kenang Masril.
Setibanya di kampung, dia terkejut mendapati pemuda di kampungnya mulai terkotak-kotak. Ada kelompok perantau dan pemuda yang belum pernah merantau. Melihat kondisi itu, Masril merangkul para remaja untuk bergotong royong membangun lapangan basket.
Tidak disangka dari situ, ia mampu menyatukan para pemuda di daerahnya bahkan membentuk organisasi kepemudaan dengan skala yang cukup besar.
Hingga suatu saat, setelah menikah ia harus pindah ke daerah lain yakni Nagari Koto Tinggi, Baso. Dan di situlah ia mulai bersentuhan dengan dunia tani. Kembali, Masril menemui berbagai masalah. Satu yang paling mencuri perhatiannya adalah masalah modal memperluas kebun.
Setelah melalui serangkaian diskusi, baik dengan petani maupun instansi pemerintahan terkait, para petani ubi jalar di Baso ingin adanya sebuah bank petani. Masril kembali tampil.
“Saya merasa punya talenta berorganisasi,” kata dia.
Membangun Konsep Bank Tani
Dari situlah ia terfikir untuk membuat konsep bank yang khusus diperuntukkan untuk para petani. Berbekal semangat serta keyakinan yang dimiliki, ia coba mencari informasi tentang bagaimana mengembangkan atau membuat bank.
Yang terpikir pada waktu itu adalah menanyakan kepada pihak bank konvensional yang ada di daerah tersebut. Namun hasilnya jauh dari ekspektasi. Ia sama sekali tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Singa pada tahun 2005, ia bertemu dengan seorang perwakilan dari bank BI dalam sebuah acara latihan. Inilah awal Masril dapatkan beragam ilmu untuk mulai membangun bank petani.
Berbekal penjelasan dari BI, Masril dan para petani segera menyusun rencana membuat bank petani. Dia mengumpulkan modal dari para petani, dengan cara menjual saham, senilai Rp 100.000 per saham. Dari 200 petani di Baso, terkumpul modal Rp15 juta.
Setelah empat tahun melewati perjuangan melelahkan, baru pada awal 2006, bank yang dikelola lima pengurus ini mulai beroperasi. Masril pun ditunjuk sebagai ketua.
Puncaknya adalah pada tahun 2010, ketika ia diminta untuk membantu pembuatan LKM untuk 2000 orang petani di kawasan Sumatera Barat. Perlahan namun pasti, konsep bank petani yang ia cetuskan mampu memberi manfaat besar bagi para petani.
Kini, ada sekitar 900 LMK yang telah dibentuk Masril, dengan aset mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 4 miliar per LMK. Dia menaksir, total kelolaan dana LKMA secara keseluruhan mencapai Rp 90 miliar dengan 1.500 tenaga kerja yang merupakan anak petani.
Baca juga: Yadi Aryadi ~ Lulusan SMP yang Sukses Jalankan Bisnis Hewan Peliharaan Amazon Pet Grup
Dengan prestasi yang telah diraih, saat ini Masril Koto dikenal sebagai seorang praktisi serta pembicara, terutama yang menyangkut tentang ekonomi pertanian. Ia seringkali diminta sebagai perwakilan Bank Indonesia hingga dosen undangan di berbagai universitas terkemuka.
Mimpi yang ingin dicapai Masril berikutnya adalah membangun 1000 LKMA serta memasyarakatkan konsep tersebut untuk petani yang ada di kawasan timur Indonesia.
0 Response to "Inovasi Bangun Bank Permodalan, Bawa Masril Koto Menjadi Sosok Inspiratif Para Petani Sumbar"
Post a Comment