Kemunduran Aplikasi FoodPanda Dan Pelajaran yang Bisa Diambil

FoodPanda
Image dari Thehalalfoodblog.com

Sudah seringkali dikatakan, membangun usaha Rintisan atau #startup di bidang teknologi merupakan salah satu lahan usaha yang paling banyak diminati terutama oleh para generasi muda. Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia nampaknya tren serupa juga sedang berkembang.

Terbukti, semakin banyak pula startup digital yang muncul setiap saat mengusung beragam produk ataupun layanan yang ditawarkan. Imbas lain dari perkembangan industri startup Indonesia adalah, persaingan yang tidak terelakkan. Akibat dari tingginya persaingan ini, mau tidak mau sejumlah startup harus gulung tikar dan tidak lagi melanjutkan layanan.

Seperti belum lama ini,  sebuah startup digital yang bergerak di bidang pemesanan makanan FoodPanda, memutuskan untuk menghentikan semua layanan yang berada di Indonesia.

Keputusan Dari FoodPanda Pusat

FoodPanda merupakan salah satu startup yang memiliki nama cukup tenar di beberapa negara. Memiliki pusat pengembangan di Berlin Jerman, FoodPanda sudah membuka layanan aplikasi pengantaran dan pemesanan makanan secara online, di beberapa negara termasuk di Asia dan Eropa.

Dan kabar terbaru menyebut bahwa, secara resmi pihak pengelola FoodPanda Indonesia menutup layanan pada awal bulan Oktober 2016 lalu.

Artikel lain: 3 Langkah Efektif Mengatasi Sindrom Gagalnya Startup

Berdasarkan surat yang ditandatangani Managing Director FoodPanda Indonesia, Victor Delannoy, FoodPanda melayani pemesanan di Indonesia hanya sampai 3 Oktober 2016 hingga pukul 22.00 WIB.

“Melalui pemberitahuan ini, saya resmi mengumumkan keputusan FoodPanda untuk menghentikan semua kegiatan pemesanan makanan di Indonesia secara permanen,” kata Victor. FoodPanda akan memfokuskan bisnisnya pada lima negara lainnya, yaitu Singapura, Hong Kong, Malaysia, Taiwan, dan Thailand.

Selain di Indonesia, untuk kawasan Asia FoodPanda sudah terlebih dahulu mengakhiri masa layanan di negara Vietnam tahun lalu.

Victor selaku pimpinan FoodPanda Indonesia menyatakan bahwa nantinya  layanan termasuk website maupun aplikasi mobile akan dinonaktifkan. Tidak hanya itu kerja sama dengan semua mitra restoran juga dihentikan, dan melepas semua perjanjian dengan semua mitra pemasaran.

Keputusan penutupan bisnis ini datang setelah beberapa bulan sebelumnya FoodPanda berencana menjual bisnisnya dengan nilai kurang dari US$ 1 juta atau sekitar Rp 13 miliar. Perusahaan mengaku akan berfokus pada pasar Timur Tengah dan Eropa Timur, yang diklaim lebih menguntungkan.

Kalah Bersaing Dengan Pemain Lama

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu hal yang harus benar-benar disadari oleh pemain startup di Indonesia adalah ketatnya persaingan. Jika kita gagal menghadirkan layanan yang maksimal bagi konsumen, atau tidak mampu bersaing dengan startup lain yang sudah lebih mantap, tidak ada pilihan kecuali menutup layanan.

Dari data yang didapatkan terungkap bahwa, salah satu alasan mengapa FoodPanda Indonesia tidak lagi bertahan, karena besarnya dominasi pesaing lain yakni Go-Food serta Grab Food.

FoodPanda di Indonesia hanya menguasai 4 persen pangsa pasar untuk jasa pengiriman makanan. Adapun 87 persen dipegang oleh Go-Jek dengan layanan Go-Food. Lalu, sebanyak 7 persen lainnya dipegang oleh Grab Food.

Masalah pertama untuk memenangkan persaingan tersebut adalah, dari sisi cakupan layanan yang ditawarkan. Kekalahan FoodPanda terjadi akibat keterbatasan layanan yang disediakan startup yang berkantor pusat di Berlin, Jerman, ini. Layanan pemesanan dan pengantaran makanan ini hanya melayani daftar restoran yang terdaftar dan bekerja sama dengan FoodPanda.

Ini tentu menjadi lubang besar, dalam layanan aplikasi seperti FoodPanda. Sama seperti kebanyakan #aplikasi mobile lain, ketika ada pesaing yang mampu menghadirkan layanan lebih baik tentu, kecil kemungkinan bagi pengguna untuk berpaling dari aplikasi tersebut.

Saat ini para pesaing FoodPanda, seperti Go Food yang ditenagai oleh startup mapan Go-jek, mampu menjadi alternatif bagi  konsumen yang ingin memesan berbagai macam hidangan. Berbeda dengan FoodPanda yang hanya membatasi pengguna memesan makanan dari restoran tertentu, kompetitor jasa serupa menawarkan layanan lebih beragam, dari aneka makanan kaki lima hingga restoran kelas atas. Armada pengantar mereka juga jauh lebih banyak dan lebih bervariasi.

Baca juga: Ini Penyebab Kegagalan Startup Menurut Dua Tokoh Startup Indonesia

Selain itu yang bisa dipelajari adalah, penggunaan aplikasi Go-Jek yang terintergrasi dengan berbagai layanan lain salah satunya Go-Food, juga menjadi alasan mengapa FoodPanda seakan tidak berdaya menghadapi persaingan tersebut.

Kompetitor bahkan juga menyediakan variasi pemesanan dan memiliki wilayah layanan yang luas. Dua kompetitor FoodPanda yang bergerak pada layanan pengantaran penumpang juga memiliki sistem pemesanan yang mudah dalam satu aplikasi utama.

0 Response to "Kemunduran Aplikasi FoodPanda Dan Pelajaran yang Bisa Diambil"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel