Ekonom Sebut Daya Beli Masyarakat Indonesia Menurun, Sebenarnya Inilah yang Terjadi
Polarisasi Gaya Hidup, Fenomena Baru Masyarakat Indonesia
Banyak ahli yang mengatakan bahwa daya beli masyarakat kita sedang mengalami penurunan. Sebaliknya, ada juga pakar yg mengatakan bahwa sedang terjadi shifting cara belanja dari offline ke online. Apa yang terjadi sebenarnya?
Melihat struktur pendapatan masyarakat yang tidak berubah banyak, maka sebenarnya daya beli masyarakat tentu tidak mengalami penurunan juga, melainkan telah terjadi perubahan pola konsumsi dan belanja masyarakat yg tidak dipahami banyak pengusaha .
Masyarakat sekarang cenderung mengurangi belanja ritail. Mereka cenderung membeli barang konsumsi seperlunya saja. Namun, belanja lainnya meningkat. Belanja apa saja yang meningkat?
Saya melihat masyarakat kita sedang terpolarisasi menjadi 2 kutub, yaitu:
1. Masyarakat Type Y
Masyarakat type Y adalah kelompok yang ingin hidup apa adanya, mereka sederhana, dan tanpa riba. Mereka cenderung berhemat dalam belanja retail, dan gemar menabung. Hasil berhematnya cenderung digunakan untuk usaha serta pembelian aset yang produktif.
Bahkan mereka cenderung fokus melunasi atau melepas beban cicilan dan pinjaman yang sudah mereka miliki. Mereka juga lebih fokus memenuhi kebahagiaan pribadi dan keluarga, tanpa perlu tampil dan eksis di dunia nyata dan maya melebihi kemampuannya.
Masyarakat Type Y ini cenderung memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan-perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Misalnya ketahanan dalam menghadapi pengurangan berbagai subsidi seperti subsidi listrik, pengurangan subsidi BBM, dan lain sebagainya.
2. Masyarakat Type X
Kelompok yang ingin selalu tampil dan gaya, walaupun pendapatan pas-pasan. Mereka berhemat dalam belanja barang konsumsi/ retail. Namun hasil berhematnya cenderung digunakan untuk jalan-jalan, pergi wisata, menginap di hotel, atau makan di tempat terkenal.
Kebutuhan belanja untuk eksistensi diri juga meningkat. Seperti pembelian gadget, sepatu bermerek, dan aksesories. Mereka cenderung penuh gengsi dan hedonis. Mereka juga merasa perlu tampil dan eksis di dunia nyata dan maya, walaupun mereka perlu berkorban dan ‘berdarah-darah’ dalam meraihnya.
Masyarakat Type X ini cenderung kurang/ tidak memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Alih-alih mengubah gaya hidup mereka dan mengurangi pengeluaran untuk gaya hidup, banyak dari mereka yang memilih untuk protes pada pemerintah.
Artikel lain: Kami Orang Indonesia, Gaji Pas-Pasan Tapi Gaya Hidup Selangit & Kami Bangga
Lalu Sebenarnya Apa yang Terjadi di Masyarakat Indonesia Saat Ini?
Tidak salah bila mengatakan terjadi penurunan daya beli. Namun hanya daya beli barang konsumsi dan retail yang menurun, di sisi lain belanja-belanja untuk keperluan lain, seperti wisata dan kuliner khas justru meningkat.
Tidak salah juga bila mengatakan telah terjadi shifting. Namun bukan shifting cara belanja offline ke online, tetapi pola konsumsi masyarakat yang berubah. Coba perhatikan barang-barang yang dibeli secara online, tentu bukan barang konsumsi retail sehari-hari, tetapi barang-barang sekunder bahkan tersier yang cenderung tidak terlalu perlu.
Namun satu hal yang perlu diwaspadai, aliran dana terbesar untuk kebutuhan pokok masyarakat kita cenderung mengalir ke puncak pyramida. Belanja internet, belanja gadget, listrik, mie instant, sabun, dan lain sebagainya. Semua cenderung mengalir ke perusahaan konglomerasi. Sehingga usaha kecil tidak mendapat ruang dalam kegiatan ekonomi.
Baca juga: Mengapa Hidupmu Datar-Datar Saja Selama Bertahun-Tahun?
Perubahan pola konsumsi ini kelak akan menimbulkan titik keseimbangan baru. Tinggal bagaimana kita menangkap peluang yang timbul akibat perubahan pola konsumsi ini.
Artikel ditulis oleh Frans Pekasa
0 Response to "Ekonom Sebut Daya Beli Masyarakat Indonesia Menurun, Sebenarnya Inilah yang Terjadi"
Post a Comment