Kisah Howard Schultz, Pengantar Koran yang Sukses Besarkan Starbucks
Howard Schultz adalah salah satu pengusaha tersukses di dunia yang pernah ada. Ia adalah sosok di balik keberhasilan Starbucks yang dulunya hanya warung kopi kecil menjadi salah satu brand kedai kopi ternama di dunia.
Kisah Howard Schultz membesarkan Starbucks telah melalui perjalanan panjang dan berliku. Ia menjabat sebagai CEO Starbucks selama beberapa tahun, hingga akhirnya ia memutuskan untuk resign dari Starbucks pada April 2017 lalu.
Saat ini, Howard Schultz masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia, tepatnya posisi #23 orang terkaya di dunia. Namun, siapa sangka dulunya ia adalah orang yang hidupnya serba kekurangan, bahkan pernah bekerja sebagai karyawan Starbucks.
Meskin masa kecilnya cukup menyedihkan, namun perjuangan Schultz sangat menginspirasi banyak orang. Berikut ini adalah sepenggal kisahnya, semoga bisa menginspirasi Anda:
1. Hidup di Brooklyn Dengan Serba Kekurangan
Howard Schultz lahir di Brooklyn, New York, 19 Juli 1953. Ayahnya bernama Fred Schultz adalah seorang supir yang dulunya berprofesi sebagai tentara. Kecelakaan yang dialami sang ayah membuatnya kehilangan pekerjaan karena mengalami patah kaki.
Peritiwa kecelakaan itu adalah awal dari kehancuran perekonomian keluarga Schultz. Di usianya yang masih 12 tahun Howard Schultz harus bekerja untuk membantu keluarganya mendapatkan uang.
Saat itu pekerjaan yang dilakukannya adalah menjadi pengantar koran (loper koran), dan menjadi pelayan kafe. Pada usia 16 tahun, ia bekerja sebagai penjaga toko.
Baca juga: 9 Pelajaran Bisnis Berharga dari Starbucks Coffe
2. Mendapat Beasiswa karena Kemampuan Olah Raga
Howard Schultz memiliki bakat yang luar biasa di bidang olah raga. Dengan fisik yang sangat kuat, ia memiliki prestasi yang menjanjikan di dunia olah raga.
Keluarga Schultz sebenarnya tidak mampu membayar biaya pendidikannya ke perguruan tinggi. Namun, Schultz mendapatkan beasiswa kuliah karena prestasinya di bidang olah raga. Schultz berhasil masuk kampus Northern Michigan University jurusan komunikasi, dan lulus pada 1975.
Setelah lulus, Schultz kemudian bekerja di Xerox sebagai manajer penjualan selama tiga tahun. Resign dari Xerox, Schultz pun mencoba peruntungannya berkarir di perusahaan Swedia, Hammaplast. Inilah awal pertemuannya dengan Starbucks.
3. Menjadi Karyawan Starbucks
Pertamakali Schultz bekerja di Starbucks, kedai kopi yang didirikan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker, hanyalah sebuah kedai kopi kecil. Namun, pada saat itu Schultz punya optimisme bahwa bisnis kopi Starbucks punya potensi besar.
Di Starbucks, Schultz bekerja sebagai tenaga pemasaran dengan gaji yang jauh lebih rendah ketimbang saat ia bekerja di Hammaplast. Karena dianggap berprestasi, ia kemudian dikirim ke Italia untuk belajar resep kopi di sana. Inilah awal inspirasinya mengembangkan bisnis Starbucks menjadi sebesar seperti sekarang ini.
Schultz kemudian menyampaikan idenya untuk membuat desain cafe yang nyaman bagi para pengunjung. Alasannya, Schultz melihat banyak orang yang suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngopi di cafe.
Namun, idenya tersebut ditolak oleh para pendiri Starbucks karena dianggap akan merugikan kedai kopi itu. Akhirnya Schultz memutuskan untuk resign dari Starbucks dan membuat kedai kopinya sendiri di Seattle dengan modal awal sebesar US$ 1,7 juta.
4. Schultz Mendirikan Il Giornale
Schultz mendirikan kedai kopinya sendiri yang diberi nama Il Giornale. Kedai kopi ini mengusung konsep kedai kopi ala Italia.
Ternyata kedai kopi Il Giornale diterima oleh masyarakat dan berkembang dengan sangat pesat. Keberhasilan kedai kopinya tersebut bahkan melebihi kedai kopi Starbucks yang sudah berdiri lebih dulu.
5. Schultz Membeli Starbucks
Bukan membeli kopinya, tapi Schultz sukses membeli brand Starbucks dan segala perlengkapannya. Setelah dua tahun menjalankan bisnis kopi Il Giornale, Schultz mendapat kabar bahwa pemilik Starbucks ingin menjual gerainya, peralatan pembuat kopi, serta nama brand Starbucks itu sendiri dengan harga sebesar USD 4 juta.
Dengan meminjam dana dari beberapa investor, termasuk Bill Gates, Schultz membeli Starbucks. Pada tahun 1992, Howard membeli seluruh saham Starbucks dan menjadi pimpinan dari Starbucks Corporation.
6. Starbucks Terlahir Kembali
Pada perjalanannya, Starbucks semakin berjaya di bawah kepemimpinan Schultz. Taun 1992, Starbucks telah membuka 165 gerai dengan total pendapatan bersih sebesar US$ 93 juta. Dan Starbucks pun melakukan IPO.
Starbucks mulai go international sejak tahun 2000. Mereka memulainya dengan membuka 3.500 gerai di manca negara dengan total pendapatan bersih per tahun sebesar US$2,2 miliar. Gerai Starbucks terus bertambah di berbagai negara dan membuat Schultz menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Baca juga: 5+ Rahasia Sukses Orang Yahudi Menjadi ‘Penguasa’ Dunia
Inovasi Tiada Henti, Rahasia Sukses Howard Schultz
Saat ini Schultz sudah tidak lagi menjabat sebagai CEO Starbucks. Namun, ia masih menjadi pemilik brand gerai kopi ternama tersebut.
Keberhasilannya membawa Starbucks menjadi brand ternama di dunia menjadi inspirasi bagi banyak orang. Inovasi tanpa henti yang dilakukannya memang memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan Starbucks.
Satu hal yang bisa menjadi pelajaran dari kisah ini adalah kerja keras akan selalu memberikan hasil. Apapun yang dicita-citakan saat ini, dengan kerja keras pasti akan terwujud.
0 Response to "Kisah Howard Schultz, Pengantar Koran yang Sukses Besarkan Starbucks"
Post a Comment