Memetik 4 Pelajaran Penting Dari Ditutupnya Aplikasi Vine

vine ditutup
Image dari Metro.co.uk

Awal bulan November lalu, media sosial Twitter yang merupakan induk perusahaan dari aplikasi video sharing Vine, memutuskan untuk menutup semua layanan Vine menjelang akhir tahun 2016. Keputusan tersebut tentu menjadi hal yang cukup mengejutkan terutama mengingat usia layanan Vine yang masih relatif baru.

Selain itu, dari sisi jumlah pengguna aplikasi Vine juga bisa dibilang cukup membanggakan. Belum lagi, Vine telah menjadi platform yang membesarkan nama beberapa artis Vine yang umumnya didominasi dengan genre komedi.

Jika sebelumnya banyak orang yang menilai bahwa Vine mempunyai potensi besar untuk terus berkembang, namun pada kenyataannya #aplikasi ini harus ditutup dengan berbagai pertimbangan Twitter.

Dan berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari ditutupnya layanan aplikasi Vine.

1. Jangan Hanya Terpaku Satu Cara

Saat ini upaya marketing digital paling banyak menyasar penggunaan #media sosial untuk meraup perhatian dari konsumen. Hal tersebut mungkin merupakan langkah yang wajar mengingat jumlah pengguna media sosial cenderung tetap stabil ditambah lagi dengan beragam layanan yang ditawarkan untuk media periklanan.

Namun jika kita memilih untuk menekuni satu media sosial saja, nampaknya hal tersebut bukan pilihan yang bijak. Sebagai contoh, banyak pihak yang menilai bahwa konsep video 6 detik yang ditawarkan oleh Vine bisa menjadi sarana marketing efektif di masa depan. Namun pada kenyataannya, hal ini tidaklah seperti yang di harapkan.

Artikel lain: Instagram Vs Vine ~ Fitur Video Mana Yang Lebih Powerfull Untuk Internet Marketing?

Akan lebih baik jika kita mengembangkan potensi lain dari apa yang kita tawarkan.  Jika sebelumnya kita fokus untuk membuat konten video, cobalah untuk membuat video dengan berbagai format dan juga durasi yang berbeda.

Hal ini memungkinkan kita untuk mencoba sarana lain jika sesuatu hal yang tidak diharapkan terjadi. Dalam hal ini contohnya, ketika layanan Vine ditutup, kita tidak akan kehilangan “lahan” online, karena kita bisa beralih pada platform lain seperti YouTube atau mungkin Snapchat.

2. Selalu Pacu Kreativitas

Dalam sebuah ulasan diungkap, salah satu alasan mengapa Twitter gagal mempertahankan eksistensi Vine adalah kurangnya ketertarikan brand besar untuk melakukan monetisasi pada platform Vine.

Mayoritas dari marketer digital tidak bisa menemukan cara yang tepat untuk melakukan upaya marketing lewat Vine yang hanya mengandalkan video berdurasi super pendek. Inilah kenyataannya dimana media sosial telah menjadi sarana marketing terbaik jika dihubungkan dengan potensi internet saat ini.

Pelajaran yang bisa dipetik justru tentang bagaimana kita memanfaatkan platform Vine itu sendiri. Sebenarnya bagi para entrepreneur yang ingin melakukan upaya #marketing melalui Vine, bisa membuat pesan dalam bentuk video pendek yang lebih kreatif. Toh pada kenyataannya, video pendek tersebut tetap bisa menarik minat netizen meski dalam cara yang berbeda.

Banyak sekali Viner (sebutan untuk penggiat Vine) yang berhasil membangun identitas serta basis penggemar dalam jumlah yang tidak sedikit berkat kentalnya kreativitas dalam setiap konten yang mereka unggah.

3. Berikan Penghargaan Lebih

Perbincangan online antar para penggiat Vine menyebut bahwa, alasan mengapa Vine mengalami penurunan pengunjung adalah, karena tidak ada penghargaan lebih kepada para Viner. Jika dibandingkan dengan Youtube yang juga menawarkan konten video, para youtuber mendapatkan perhatian lebih dari pengembang platform #Youtube, yang dalam hal ini berada di bawah payung perusahaan raksasa Google.

Para Youtuber bisa mendapatkan penghasilan dalam jumlah yang relatif besar sesuai dengan tingkat popularitas yang berhasil mereka bangun. Sedangkan untuk Viner, cenderung dibiarkan bekerja sendiri mengembangkan komunitas Vine yang sebenarnya sudah mempunyai basis potensi yang mantap untuk dikembangkan.

Baca juga: Vine Kids, Aplikasi Pembuat Video Untuk Anak Dari Twitter

4. Pentingnya Promosi

Twitter selaku nahkoda, tentu menjadi pihak utama yang dipertanyakan paska tenggelamnya bahtera Vine. Dan salah satu kesalahan besar dari #Twitter adalah, tidak memaksimalkan upaya promosi dari layanan Vine.

Ketika Vine telah diakuisisi oleh Twitter, Twitter seakan yakin Vine bisa berkembang sendiri tanpa dukungan nyata untuk terus mendorong platform aplikasi tersebut dikenal lebih banyak pengguna.

Inilah pentingnya memperkenalkan produk digital jika ingin bersaing dalam ranah online. Ketika kita gagal memperkenalkan produk kita, maka perlahan produk sebagus apapun tidak akan mampu bersaing dengan produk lain yang sudah dikenal luas publik.

0 Response to "Memetik 4 Pelajaran Penting Dari Ditutupnya Aplikasi Vine"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel